MENTOK – Pihak RSUD Sejiran Setason membantah telah menelantarkan pasien asal Desa Pelangas, Kecamatan Simpang Teritip yang bernama Samsul Bahri.
Direktur RSUD Sejiran Setason, Ratnosoppi, mengatakan memang benar Samsul Bahri dirujuk dari Puskesmas Simpang Teritip ke RSUD Sejiran Setason.
Tetapi oleh dokter Puskesmas Simpang Teritip sudah dijelaskan kepada si pasien, bahwa rujukan ke RSUD untuk hari Senin (4/11), tapi si pasien datang hari Jumat (1/11).
“Dia (pasien) kontrol kalau dia ada keluhan terkait penyakit kronisnya. Karena di Puskesmas Simpang Teritip juga dokternya sudah memberikan pemeriksaan dan pengobatan kepada pasien, itu juga memang rutin meminum obat dan datang ke Puskesmas itu dengan keluhan nyeri dada,” kata Ratnosoppi di ruang kerjanya, Senin (4/11/2024).
Menurut Ratno, karena kontrol penyakit Samsul Bahri masih dianggap ranahnya Puskesmas Simpang Teritip, maka si pasien ditangani di sana. Dan apabila nyeri dadanya masih berlanjut, si pasien disarankan untuk rujuk ke RSUD Sejiran Setason hari Senin.
Memang pada hari Jumat itu dokter penyakit dalam tidak berada di tempat. Sebab kata Ratno, sejak seminggu lalu pihaknya sudah berkoordinasi secara tertulis dan lisan kepada BPJS Kesehatan di Bangka Barat maupun cabang Pangkalpinang, untuk menutup layanan penyakit dalam rawat jalan poliklinik dari Selasa sampai Sabtu.
“Dikarenakan kedua dokter kita sedang mengikuti pelatihan. Yang satunya mengikuti pelatihan oleh Kementerian Kesehatan tentang TBC di Yogyakarta, yang satunya mengikuti pelatihan sertifikat kompetensi untuk dapat gelar tambahan sertifikasi konsulen kesehatan olahraga,” terangnya.
“Jadi oleh BPJS Kesehatan portal rujukan ke RSUD Sejiran Setason itu memang sudah ditutup oleh mereka, sehingga 8 Puskesmas rumah sakit yang bermitra dengan BPJS di Bangka Barat seperti di klinik Parittiga, terus Klinik Dokter Moya itu dan satu lainya itu memang mereka nggak bisa merujuk ke sini,” jelasnya.
“Tapi bisa merujuk ke Sungailiat dan Pangkalpinang untuk penyakit dalam saja, ya! Pasien itu kondisinya tidak gawat, tidak darurat dan sudah diterapi oleh Puskesmas Simpang Teritip,” imbuh Ratno.
Menurut Ratno, pihak Puskesmas Simpang Teritip pun sudah memberitahukan kepada Samsul Bahri untuk datang ke RSUD hari Senin, bila nyeri di dadanya masih berlanjut.
Si pasien juga sudah dijelaskan di bagian pendaftaran, dokternya lagi tidak ada di tempat. Selain itu kata Ratno, kondisi pasien tidak darurat, hanya kontrol saja.
“Iya, karena kondisinya dia jalan sendiri tidak sesak nafas, mandiri lah ya, bisa segala sesuatunya dan tidak ada kegawatdaruratan. Pasiennya pun pulang,” katanya.
“Hanya memang pada saat itu bila memang pasiennya ingin dilayani dan ada tanda-tanda gawat, kami kan memang bisa tangani ke IGD. Disuruh datang lagi Senin, karena rujukannya memang untuk hari Senin, bukan hari Jumat,” ujarnya.
Beda halnya bila pasien yang datang dalam keadaan darurat, tentu kata Ratno ditangani di IGD. Pihaknya pun telah menelusuri ke Puskesmas Simpang Teritip, Samsul Bahri sudah mendapatkan pengobatan di sana.
“Artinya, tidak ada pembiaran terhadap pasien itu,” terangnya.
Selain itu Ratno menegaskan, sejak berdirinya hingga saat ini, tidak ada ceritanya RSUD Sejiran Setason menolak pasien.
“Kita welcome-welcome saja bahkan rumah sakit yang menerima segala rujukan, yang di mana masyarakat Bangka Barat bila tidak dapat rujukan di mana pun tempat terakhirnya adalah RSUD Sejiran Setason,” tukasnya.
Dijelaskan Ratno, jalur rujukan bila pasiennya dalam keadaan gawat, pertama dari Puskesmas ke RSUD Sejiran Setason di bagian IGD, bukan di Poliklinik.
Bila si pasien bisa ditangani sendiri, pihaknya tidak akan merujuk pasien ke rumah sakit luar daerah, kecuali bila dokter spesialistnya memang tidak ada di RSUD Sejiran Setason.
“Tapi selama ini yang terjadi kecuali yang spesialist yang nggak ada di sini (ortopedi, patah tulang terbuka, THT) yang lain-lain bisa ditangani di sini, nggak masalah, dokter kita cukup lengkap,” kata dia.
Hanya saja terkait kejadian yang dialami Samsul Bahri, dokter RSUD Sejiran Setason sedang tidak di tempat karena sedang pelatihan. Sedangkan di hari-hari biasanya pelayanan berjalan lancar seperti biasanya.
“Kita nggak kekurangan dokter, cukup. Karena kan memang secara dasar dokter itu kan hanya dua. Hanya pas saat bersamaan saja kemarin itu momentnya, kalau hari-hari biasanya nggak terjadi seperti itu,” ujar Ratnosoppi. (SK)
Sumber: portaldutaradio.com