Catatan Asro Kamal Rokan
(Wartawan Senior)
MASA kecil di kampung kami, Simpang Dolok, Batubara, Sumatera Utara, ada bioskop berdinding terpal, sebelum diganti papan. Bioskop ini, meski di kampung, secara bergantian menayangkan film-film Indonesia, India, Hongkong, juga Hollywood. Saya masih bercelana pendek saat itu.
Bintang-bintang terkenal pada tahun akhir 70-an itu, antara lain Ratno Timoer, Soekarno M Noor, Rima Melati (Indonesia), Dharmendra, Dev Anand, Sharmila Tagore (India), Bruce Lee, Fu Sen, Ti Lung, Atsuko Siomi (Hongkong), Charlton Heston, Charles Bronson, Marlon Brando (Hollywood).
Kini, giliran film tentang Hercules. Film sudah diputar. Uang tidak punya beli tiket. Saya nekad menyusup dari tenda belakang. Ruangan sudah gelap. Pengawas mungkin sedang menonton. Berhasil.
Film ini berkisah tentang lelaki perkasa. Kekuatannya luar biasa, dapat menumbangkan pilar-pilar gedung dengan kedua tangannya. Tepuk tangan dan siutan penonton silih berganti. Keringat yang bercuruan besama debu dari dua kipas angin besar yang digantungka.
Ke Kuil Hercules
Kisah Hercules itu sangat berbekas. Di sela meliput kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Yordania, Mei 2006, saya bersama Arys Hilman, redaktur Republika — kini Direktur PT Pustaka Abdi Bangsa, penerbit Republika, juga Ketua Umum IKAPI Pusat — mengunjungi Kuil Hercules.
Sebagai wartawan, sebelum mengunjungi suatu negara, saya terbiasa membaca sejarah dan berbagai info untuk memahami negara tersebut. Dari sini, saya tahu tentang kuil Hercules.
Yordania memiliki sejarah panjang. Negara di kawasan Timur Tengah ini, pernah dikuasai kekaisaran Sumerian, Babylonia, Mesopotamia, Firaun dari Mesir, hingga Yunani. Kemudan masuk ke era Romawi, Persia, Byzantium, dan Utsmaniyah. Kini, kerajaan tersebut dipimpin Raja Abdullah ll, menggantikan ayahnya, Raja Hussain bin Talal, yang wafat 7 Februari 1999.
Tidak heran, banyak peninggalan bersejarah di sini. Ada Petra, kota batu berusia 2.000 tahun lalu. Kota ini memiliki sekitar 800 bangunan. Sayang, saya tidak sempat ke kota ini, karena fokus saya ke Kuil Hercules. Beberapa teman sempat ke sana, juga ke Laut Mati.
Kepada sopir taksi, kami meminta diantar ke Kuil Hercules (Temple of Hercules). Sekitar 40 menit perjalanan dari ibukota Amman. Dari kejauhan, pilar-pilar kuil sudah terlihat. Ini karena kuil terletak di ketinggian bukit Jabal al-Qal’a, yang dikenal sebagai Amman Citadel.
Kuil Hercules, yang dihiasi pilar-pilar setinggi 10 meter, dibangun masa Kaisar Marcus Aurelius (161-180 Masehi). Pembangunan kuil ini didedikasikan untuk putra Dewa Zeus, Hercules. Kuil ini tinggal reruntuhannya karena diterpa gempa besar 749 SM.
Kami menyaksikan beberapa pilar besar, yang masih berdiri. Ada juga bentuk patung tangan patah. Di sini, saya memegang pilar besar itu, seperti Hercules merobohkan sebuah bangunan kokoh dalam film berjudul Hercules, film asal Italia, yang dibintangi Steve Reeves, yang saya tonton pada masa menjelang remaja di kampung.
Dari bukit Jabar-al-Qal’a, kita dapat melihat kota Amman, termasuk yang terdekat adalah Roman Theatre, .yang dapat menampung 6.000 penonton ini. Teater ini dibangun pada masa Kaisar Romawi, Antonius Pius (138-161 M). Masa itu, Amman dikenal dengan nama Philadelphia.
Sedikit ke luar dari kota Amman, di perkampungan Al-Rajib, terdapat Gua Kahfi (gambar), tempat tujuh pemuda yang beriman kepada Allah tertidur lelap selama 309 tahun. Mereka melarikan diri dari kekejaman raja Dikyanus. Kisah tujuh pemuda tersebut dicatat dalam Kitab Suci Al-Qur’an, Surah Al-Kahfi.
Hercules
Nama Hercules (Herakles) sangat populer di seluruh dunia, hingga kini. Banyak film dan roman mengkisahkan tentang sosok lelaki perkasa dan cerdik ini.
Hercules adalah tokoh dalam mitologi Yunani Kuno. Dia putra dari Dewa Zeus dan istrinya Amfitrion. Dalam mitologi tersebut, dikisahkan Hercules sebagai sosok pahlawan, suka membantu rakyat dari penguasa dzolim dan juga monster. Dia dianggap manusia setengah dewa. Hercules terkadang sangat baik, namun bisa berubah sangat emosional.
Hercules anak Zeus di luar nikah. Dia sangat dibenci ibu tirinya, Hera. Selain karena buah perselingkuhan, Hera juga membenci Hercules karena putranya, Euristheus, akan terhalang menjadi Raja Agung menggantikan Dewa Zeus.
Hera tidak ingin Hercules menjadi Raja. Berbagai cara dilakukannya, di antaranya mengirim dua ular untuk membunuh Hercules yang masih bayi. Namun, Hercules justru mencekik ular tersebut dan mempermainkannya.
Semasa muda, karena pengaruh sihir Hera, Hercules membunuh anak-anaknya sendiri. Dia dihukum. Hercules pernah bertempur melawan singa Namea, yang kulitnya tidak ditembus panah dan pedang. Hercules berhasil membunuhnya dan mengambil kulit singa itu sebagai pelindung tubuhnya.
Dia juga membunuh naga berkepala empat. Setiap kali kepala naga putus ditebas, setiap itu pula tumbuh kepala baru. Setelah dibunuh, Hercules mengambil racun naga tersebut dan mengoleskannya di busur panahnya untuk membunuh lawan-lawannya.
Hercules, menurut mitologi Yunani itu, lelaki playboy. Dia mati di tangan istri ketiganya, Deianeira, yang cemburu. Dikisahkan, Deianeira mencurigai hubungan Hercules dengan Iole.
Suatu hari, Deianeira merenda, jubah Hercules dengan darah Nessus — lelaki yang dibunuh Hercules dengan panah beracun ular naga, karena Nessus mencoba memperkosa Deianeira. Jubah hasil rendaman darah itu dipakai Hercules. Tiba-tiba, badannya sakit, kulitnya terbakar. Hercules sangat kesakitan dan meninggal.
Setelah meninggal, Hercules diangkat sebagai dewa di Gunung Olimpus.
Kami meninggalkan Temple of Hercules, menuruni Jabal al-Qal’a. Mata hari sudah mulai condong. Pelan-pelan kuil Hercules lenyap dalam pandangan, tinggal kenangan tentang pahlawan, yang disebut melawan monster dan kekuasaan dzolim. (*)