Catatan Fakhruddin Halim
(Pemred Suarabangka.com)
Francis Fukuyama menulis buku terkenal: The End of History And The Last Man. Metodologi yang dipakai oleh Fukuyama dalam analisanya adalah berlandaskan teori filsafat sejarah G.W,F. Hegel dan analisa kritis terhadap pemikiran Karl Marx dalam teori sosialisme.
Fukuyama menyatakan sejarah telah “berakhir” dengan Demokrasi Liberal (Kapitalisme) sebagai pemenangnya dan potensi perang dunia III sangatlah kecil, kecemasan pun berkurang.
Max Weber pun menganggap kapitalisme begitu rasional karena melakukan akumulasi modal secara sistematis
Tapi tidak bagi Karl Marx, kapitalisme begitu irasional karena melakukan ekploitasi sewenang-wenang. Kapitalisme akan semakin keropos seperti pohon tua dipinggir jalan dan akan tumbang dengan sendirinya.
Argumen Fukuyama dinilai lemah. Terbukti melalui tanda-tanda bangkitnya kembali peradaban lama yang mengancam kedudukan Barat yakni Islam seperti yang diungkapkan Samuel P. Huntington dalam majalah Foreign Affairs:
“Suatu hubungan Islam-Konfusianisme telah bangkit menentang kekuatan, nilai-nilai dan kepentingan Barat”.
Begitu pula dalam “The Clash of Civilizations” sebagai penjelas dan penegas sekaligus kelanjutan majalah tersebut Huntington menegaskan:
“Islam adalah satu-satunya peradaban yang mampu membuat Barat selalu berada dalam keraguan antara hidup dan mati, dan ia telah melakukannya, setidak-tidaknya, dua kali”.
Di satu sisi, kajian mengenai bentuk-bentuk kebangkitan kembali suatu peradaban faktual memperoleh dukungannya melalui pernyataan Jacques Derrida dalam Specter of Marx bahwa baginya ideologi-ideologi lain tak pernah benar-benar mati melainkan hanya bersembunyi dan melatenkan diri.
Bagi Zionis Yahudi dan pelindungnya seperti Amerika, Palestina dianggap sebagai awal dari kegemilangan peradaban mereka dan potensi laten yang menjadi ancaman Barat.
Jika Palestina terkubur selamanya maka Negara Israel Raya dari Sungai Eufrat hingga Sungai Tigris bakal terwujud.
Sedangkan bagi Amerika potensi kebangkitan Islam akan dimatikan. Sebab, Palestina bisa mempersatukan negeri-negeri kaum Muslimin.
Kebangkitan Islam bisa muncul dari Palestina. Maka tiada ampun mereka ingin menghapus Palestina dari peta dunia.
Lalu apa yang terjadi? Palestina dijajah sudah 70 tahun. Perlawanan tetap menggelora dan makin sengit.
Setiap kali nama Palestina-Al-Quds disebut maka bergeloralah semangat di dada kaum muslimin di setiap penjuru bumi.
Kesadaran akan pentingnya persatuan dan kebangkitan peradaban Islam semakin menguat.
Syam (Palestina-Suriah-Libanon-Yordania) adalah awal dan akhir peradaban. Peradaban dunia bermula dari Syam dan di sana pula kelak berakhir.
Kiranya satu hal penting yang patut kita insyafi dan menjadi catatan tersendiri yakni mengarahkan kembali perhatian pada pernyataan Huntington dalam bab akhir The Clash of Civilizations:
“Masyarakat-masyarakat yang menganggap bahwa sejarah mereka telah berakhir biasanya adalah masyarakat yang sedang berada di ambang keruntuhan.” (*)