Puluhan Nelayan Dukung Aktivitas PIP di Pulau Kianak

BANGKA – Puluhan Nelayan dari Lestari Abadi dusun Rambang, Desa Berbura, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka mempertanyakan Nelayan mana yang menolak aktivitas PIP di Pulau Kianak beberapa waktu lalu.

Ketua Nelayan Lestari Abadi Yustam kepada sejumlah media di pelabuhan Nelayan Rambang, Selasa (07/12/2021) Sore, mengatakan, sampai saat ini belum ada media yang pernah mewawancarai mereka terkait aktivasi tambang timah di pulau Kianak tersebut.

Menurut Yastam, aktivitas tambang sudah cukup membantu masyarakat sekitar berikut nelayan Setempat.

Baca Juga  Kapolres Bangka Sambut Kunjungan Danrem 045/Gaya

“Disini kami semua terbantu dengan aktivitas tambang tersebut dan masyarakat Rambang juga banyak yang menambang di tempat kita,”ujar Yusman.

Yustam menambahkan jika ada yang mengaku-ngaku sebagai nelayan Terus berkomentar di Media terkait penambangan di wilayah Kianak itu bukan nelayan.

“Intinya kami tidak pernah mengeluarkan komentar apapun atau di wawancarai. Saya pun tidak kenal sama mereka karena tidak ada konfirmasi ke saya selaku ketua Nelayan jadi saya mohon jangan bawa bawa nelayan,”ucapnya.

Baca Juga  Apresiasi Kelompok Tani Serdadu Puding Besar, Pj Gubernur Panen Cabai

Senada Ketua Forum Pecinta Pulau Kianak, Usian mendukung penuh aktivitas Ponton di perairan Pulau Kianak. Karena menurutnya aktivitas tambang banyak membantu ekonomi masyarakat sekitar.

“Kami dukung aktivitas tambang itu beroperasi, jadi kalau ada yang bilang bahwa kami menolak itu tidak benar. Disini kami berkumpul untuk menyuarakan agar aktivitas Tambang di Pulau kianak dapat beroperasi,” ungkapnya.

Sementara itu, Perwakilan Penambang dari desa Berbura, Sudirman mengatakan, aktivitas Ponton di Pulau Kianak juga berdampak positif bagi mayarakat di tiga dusun yakni, Dusun Berbura, Bernai dan Rambang.

Baca Juga  Duet Sampaikan Perda Covid-19, Rustamsyah dan Matzan Ingatkan Pentingnya Masyarakat Ubah Pola Hidup

“Semenjak pemberitaan sepihak kemarin. Situasi di Rambang tidak kondusif, karena kegiatan terhenti tidak beraktifitas lagi, padahal dari kegiatan itu lah para penambang dengan nelayan sama-sama cari makan.”jelasnya. (rilis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *