PANGKALPINANG – Dari 18 satuan pendidikan negeri dan swasta sebagian besar belum siap melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Selain itu perlu adanya perhatian terhadap sekolah swasta.
Dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi suarabangka.com, Jumat (13/8/2021), Kepala Ombudsman RI Perwakilan Kepulauan Bangka Belitung, Shulby Yozar Ariadhy, mengatakan data tersebut diambil pada Juli 2021.
Pengambilan data dengan metode pemantauan langsung baik ke sekolah swasta maupun negeri. Temuan umum berkaitan dengan kebijakan dan regulasi dalam penyelenggaraan PTM yaitu sebagian sekolah dinilai belum maksimal dalam kesiapan PTM misalnya belum ada mekanisme edukasi pencegahan COVID seperti poster, spanduk atau edukasi berkala secara tertulis.
Selain itu, kata Yozar, prosedur tertulis tentang penerapan protokol kesehatan sebelum dan sesudah pembelajaran atau pengawasan pemantauan penerapan prokes, tertib adminstrasi Satuan Petugas COVID sekolah, prosedur mitigasi pengantar dan penjemput siswa, juga belum ada prosedur pengelolaan pengaduan teknis tingkat sekolah terkait PTM.
Temuan lainnya seperti belum ada mekanisme pemantauan siswa/warga sekolah yang sedang sakit secara tertulis, belum adanya ruang isolasi sementara di sekolah, pengecekan kesiapan PTM di sekolah swasta yang masih agak longgar, dan prosedur ajuan PTM dari setiap sekolah yang beragam.
“Ketika pemerintah memberikan kelonggaran bahwa PPKM level 1-3 dapat dilaksanakan PTM, Dinas Pendidikan di daerah diharapkan dapat melakukan pengawasan secara intens
agar sekolah kita siap 100 persen untuk pembelajaran tatap muka,” kata Yozar.
Yozar meminta dinas mengkoordinir prosedur yang seragam, perlu juga dipikirkan secara rinci dan matang terkait mekanisme pengaturan dari siswa datang hingga siswa dijemput pulang.
Dia meminta dinas melaksanakan pengecekan lapangan agar setiap sekolah siap melaksanakan PTM.
Sementara salah seorang pengelola sekolah swasta di Pangkalpinang, M Satyagraha mengatakan, sektor pendidikan termasuk yang paling terpukul akibat pandemi.
Apalagi sekolah swasta yang mengusakan biaya operasional secara mandiri. Belum lagi dipusingkan untuk memenuhi gaji guru dan staf setiap bulannya.
Ditambah harus menyiapkan sejumlah peralatan berkaitan dengan Covid-19, ini tentu bukan perkara mudah.
“Itu semua butuh biaya. Untuk tempat cuci tangan, kecukupan air, sabun, spanduk dan perlengkapan lainnya yang bagi kami cukup besar,” katanya.
Satyagraha berharap.adanya perhatian terhadap dunia pendidikan terlebih sekolah swasta.
Seperti perlengkapan tadi, katanya, harus ada pihak yang memikirkannya atau yang peduli.
“Kalau diserahkan ke sekolah, anggaran dari mana? Orangtua bayar SPP saja sekarang sudah sulit. Bagaimana dengan honor guru kami?” ujarnya. (fh)