Kilasan Saskaeee

Catatan Iwan Piliang
(Jurnalis Senior)

Kelapa biasanya tegak lurus sebatang. Juga palm-palm lainnya. kadang ada Kelapa bercabang dua.

Pinang hias di kediaman kami ini, 4 cabang besar plus dua kecil, jadi enam. Selalu saja ada keunikan berbeda.

Di Cibodas setelah pulang dari Taman Nasional Cibodas, Jabar, 4 tahun lalu di tepi jalan saya menyimak ada penjual Kelapa bercabang 4, tinggi sudah 5 meter.

Pun manusia demikian. Dalam ilmu biologi konon karena ada faktor gen letal.

Manusia juga ingin selalu berbeda.

Akan keinginan lain itu, di alam Sosmed konten mengalir bak tsunami, deferensiasi kunci.

Baca Juga  Jurnalisme Positif: Jurnalisme Beritikad Baik

Maka lahirlah sosok seperti Saskaeee, bikin konten mudah, pamer aurat, demi perbedaan, demi rating, hits, plus juga agaknya sesuai saya baca di media online, konon katanya kepuasan seks.

Berbeda.

Lain.

Ada juga sosok bergekar Doktor di negeri ini bikin konten nyeleneh, hajar agamanya sendiri, tanpa mendalami syariat, akidah hingga hakekat.

Ada pula demi buzzing sebagai profesi, demi trending topic, walaupun amat mentah, bergeming membuncah-buncah. Penyimak pun latah.

Sampai kepada kata latah, pengaruh faktor psikologi looking up, melihat ke atas, menyimak ke trending topic, seakan seluruh atmosfir online tercurah ke sana, persetan tema merusak peradaban. Semua larut.

Baca Juga  Gerakan Kemitraan Inklusif UMKM Babel

Tuman.

Maka, kalau ditelusuri konten-konten saya dalam mengangkat tanaman berbeda seperti Pinang hias unik kami ini, saya permah mengangkat sosok Haji Eeng di Bangka. Saya memberi gelar DOKTOR KEHIDUPAN kepadanya. Ia bisa membuat sebatang Pisang berbuah bertandan empat, bahkan enam. Ia dapat menghasilkan bibit Kacang Panjang buahnya semeter hinga dua. Pun bisa membuat sebatang Lengkeng berbuah separuh putih dan biasa.

Sepohon 2 warna dan rasa

Sayangnya kemampuan spektakuler Haji Eeng tidak pernah Trending Topic. Kita heboh Saskaeee, berdebat akan opini terindikasi amat mentah Doktor Ade Armando, misalnya.

Baca Juga  Dari Puncak Gunung Latimojong, Sukseskan HPN 2022 di Kendari

Haji Eeng memang satu di Indonesia, sudah renta pula. Dan Pinang hias seperti di kediaman kami ini, saya duga cuma satu di Bali. Begitulah kehidupan sepi, jauh dari riuh rendah, kendati berbeda memberi arti.

Perubahan tidak digerakkan gemuruh, tetapi oleh satu dua saja “kilat” mematikan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *