Dokter Mulia Karena Bermanfaat

Catatan:
dr Farhan Ali Rahman, Sp.An, FIPM
Surakarta -29 Oktober 2022

MENJADI dokter merupakan cita-cita luhur karena memberikan manfaat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ratio ketersediaan dokter dengan masyarakat pun secara jumlah masih timpang, baru 0,42 : 1000 belum mencapai target 1 : 1000. Jika dipertajam pada problem distribusi akan semakin tampak jelas masalah maldiatribusinya.

Moratorium pembukaan fakultas kedokteran disambut antusias institusi pendidikan. Pernah berkesempatan mengikuti rapat bersama Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) rupanya banyak yang mengajukan pembukaan FK (Fakultas Kedokteran) baru. Bahkan banyak institut pun sangat menggebu-gebu dalam presentasinya untuk mendapatkan izin pembukaan prodi kedokteran.

Baca Juga  Komisi IV DPR RI Lakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke Bangka Belitung

Di tengah problematika tingginya biaya di kedokteran, semoga tetap memberikan kesempatan kepada siswa-siswi berprestasi untuk mendapatkan tempat. Sehingga cita-cita luhur itu tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki biaya.

Kesiapan para dokter terkait dengan problem kesejahteraan juga merupakan keharusan. Karena glorifikasi berlebihan dan gengsi yang tersematkan seakan mendistraksi bahwa fakta kesejahteraan dokter saat ini menjadi masalah. Hal ini penting agar tetap meluruskan niat bahwa menjadi dokter adalah untuk menebar manfaat di tengah cobaan keterbatasan finansial saat mengabdi.

Untuk standar cukup insyaa Allah akan terpenuhi namun jika berniat ‘balik modal’ atau meraih kekayaan tentunya bukan menjadi dokter pilihannya. Memang ada dokter-dokter yang berhasil secara finansial tentu tidak secara mayoritas. Dan jika didalami biasanya ada hal-hal yang secara ‘privilege’ yang mendukung. Secara umum ya semua rerata saja. Keyakinan bahwa rezeki tidak akan tertukar karena sudah tertakar itu pun penting.

Baca Juga  22 Tahun Babel: Harus Lebih Sejahtera

Kemuliaan dokter tentunya tidak terletak dari pencapaian finansialnya namun dari kemanfaatannya. Dibesarkan oleh kedua orang tua dokter, membuat dapat melihat kehidupan dokter secara mendalam. Ayah yang 25 tahun menjadi kepala puskesmas, ibu yang totalitas sebagai kepala puskesmas lanjut di dinas kesehatan menunjukan bahwa perjuangan membangun derajat kesehatan masyarakat tidaklah mudah.

Kemuliaan itu pun dibangun tidak hanya karena manfaat di bidang kesehatan. Seorang dokter harus mampu memberi kemanfaatan dalam sosial kemasyarakatan, pemimpin, inovator, bahkan tak jarang menjadi tokoh keagamaan. Seperti misalnya menjadi penceramah untuk syiar agama. Apapun itu tentunya selagi positif untuk bangsa dan negara akan semakin menambah manfaat.

Baca Juga  Meriahkan HPN 2023, PWI Babel Gelar Berbagai Kegiatan

Selamat Hari Dokter Nasional, 24 Oktober Tahun 2022. Semoga dokter mulia karena manfaatnya. Aamiin Yaa Robbal’alamin. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *