Rudi Syahwani (Wartawan Utama)
4 orang Bankir yang merupakan mantan pimpinan dan wakil pimpinan cabang Bank Sumsel Babel digaruk Kejaksaan Tinggi Babel sebagai tersangka KUR fiktif.
Jelas ini menjadi sebuah aib bagi bisnis sebuah lembaga keuangan. Karena trust atau kepercayaan merupakan harga mati dalam bisnis perbankan.
4 mantan pejabat teras Bank Sumsel Babel ini baru permulaan. Masih ada sederet bankir lain di Bank Sumsel Babel yang bakal menyusul. Setidaknya masih ada cluster analis KUR yang saat ini sudah ketar-ketir bakal ikut reuni di lapas.
Ini layak menjadi perhatian serius, termasuk bagi daerah pemilik saham. Karena kasus korupsi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Babel merupakan kasus yang kesekian kalinya di tanah air. Sebelumnya hal serupa terjadi di NTB, Kepri, Medan serta beberapa provinsi di tanah air.
Jelas korelasi antara profit bank dengan deviden yang akan diterima oleh pemilik saham, juga dipengaruhi oleh sehat atau tidaknya bank tersebut. Salah satu indikator sehat menurut Otoritas Jasa Keuangan, dilihat dari profil risiko (risk profile), good corporate governance, rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital).
Jika kita ambil salah satu indikator, yakni good corporate governance, jelas banyak nya bangkir mafia KUR yang jadi tersangka menunjukkan bahwa Bank Sumsel Babel tidak dalam indikator sehat. Karena jelas KUR fiktif adalah dugaan tidak adanya good corporate governance di manajemen Bank Sumsel Babel.
Proses pengajuan kredit termasuk KUR bukan proses simsalabim. Ada SOP yang harus dilalui, namun sepertinya itu terabaikan. Sehingga muncul lah perkara KUR fiktif. Sedangkan pelaksanaan SOP merupakan salah satu indikator good corporate governance.
Khawatir nya adalah, pengabaian SOP dalam proses KUR fiktif hanya salah satunya yang terungkap. Bukan tak mungkin dalam banyak praktek manajemen, banyak SOP yang terabaikan.
Lantas jika diduga Bank Sumsel Babel terindikasi tak sehat, sementara ada banyak pemerintah daerah yang meletakkan saham dalam Bank Sumsel Babel.
Korelasi antara bank yang sehat dengan kemampuan meningkatkan deviden jelas adanya. Jika bank Sumsel Babel diduga tak sehat, masihkan pemerintah daerah harus bertahan dalam sistem yang diduga rusak. Harus menjadi pertimbangan serius tentunya, karena modal yang disertakan dalam Bank Sumsel Babel adalah uang rakyat yang harus dipastikan memberikan manfaat.
Masih kah Bank Sumsel Babel layak dipercaya di tengah krisis kepercayaan terhadap nya. Mungkin layak ditimbang ulang.(**)