Gagasan Revolusi PSSI Kembali Ramai, Pemerhati: Bagian Dari Revolusi Pebaikan Liga

JAKARTA – Isu revolusi PSSI kembali mengudara usai Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menyuarakan gagasannya terkait pembenahan total sepak bola Indonesia.

Hal itu dinilai sebagai sebuah harapan dari jutaan masyarakat pecinta sepak bola yang tidak bisa menahan bendungan kegemasan atas prestasi Timnas yang kurang gemilang, ditambah dengan kinerja kurang apik dari induk sepak bola nasional.

Pemerhati sepak bola sekaligus pelatih klub Liga 3 Jong Ambon FC Gafar Lestaluhu mendukung penuh keinginan publik untuk melakukan perubahan di tubuh federasi sepak bola Indonesia demi kemajuan sepak bola ke depan.

Apalagi, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam waktu dekat memutuskan akan segera melaksananakan Kongres Luar Biasa (KLB) pada pertengahan Februari tahun depan.

“Perubahan di PSSI adalah bagian dari revolusi perbaikan liga karena ada imbasnya dari ketua yang baru, dan itu sekarang sedang berproses dan saya pikir sudah tepat,” kata Gafar saat dihubungi, Kamis (8/12).

Menurut Gafar, perbaikan PSSI tidak bisa secara menyeluruh tetapi perbaikan dilakukan pada yang dirasa tidak baik, karena masih banyak program-program PSSI yang sangat baik, seperti perbaikan kompetisi muda sampai level senior, ada program ke pelatihan yang rutin dilaksanakan dari lisensi paling bawah hingga paling utama.

Baca Juga  Tinggal Beberapa Hari Lagi, Ini Jadwal Lengkap Piala Dunia 2022 Qatar

“Ada banyak yang baik dari itu, misalkan program dari federasi yang sedang berjalan dengan baik mulai dari grassroot, youth serta perbaikan kompetisi usia muda sampai level senior. Ada juga program kepelatihan yang rutin di laksanakan mulai dari lisensi D, C AFC diploma, B AFC diploma, A AFC diploma bahkan A profesional diploma, ini harus dilihat kalau program PSSI berjalan dengan baik,” ujarnya.

Meski begitu, mantan pemain Semen Padang FC itu mendukung penuh adanya langkah perbaikan lewat Kongres Luar Biasa (KLB) awal tahun nanti.

“Prinsipnya saya mendukung kalau untuk perubahan yang lebih baik, tapi kalau masih sama juga buat apa? Karena fakta yang terjadi sampai saat ini sudah berapa kali revolusi di PSSI? dan kalau dibilang tidak ada perubahan harus diganti dan saat ini sedang berproses,” ucapnya.

Dijelaskan Gafar, terkait dengan usulan tokoh nasional sekaligus pecinta sepak bola Indonesia M. Qodari soal revolusi para pemain timnas maupun liga ke depan, menurutnya, itu sudah dilakukan oleh PSSI dan hingga saat ini masih berjalan. Namun, Gafar setuju dengan usulan tersebut, karena pembinaan yang baik akan menghasilkan pemain-pemain bola yang hebat.

Baca Juga  Indonesia Tuan Rumah Confederation of ASEAN Journalist

“Ingat program organisasi bukan hanya ketua dan kompetisi, tapi banyak hal yang saya sebutkan di atas dan masih banyak lagi program yang sedang berjalan yang pak Qodari tidak tahu, karena beliau hanya pengamat bukan praktisi sepakbola,” ungkapnya.

“Menurut saya, pembinaan dan kompetisi usia dini (grassroot dan youth) harus di perbaiki lagi karena ke depan nantinya akan menghasilkan pemain-pemain bola hebat di masa yang akan datang dan akan menghasilkan pemain timnas yang lebih baik,” jelasnya.

Gafar juga menyinggung soal beberapa negara Asia yang membuat kejutan di Piala Dunia Qatar 2022, yang berhasil mengalahkan negara-negara besar, seperti Arab Saudi mengalahkan Argentina, Jepang kalahkan Jerman dan Spanyol dan Korea Selatan mengalahkan Portugal bisa dijadikan sebagai motivasi untuk Timnas Indonesia ke depan. Tetapi itu tidak bisa menjadi patokan utama, karena yang harus diperhatikan adalah Coach edukasi.

Baca Juga  Erupsi Gunung Anak Krakatau, Masyarakat Pesisir dan Nelayan Diminta Waspada 

“Tentu ini harus menjadi motivasi untuk timnas Indonesia tapi untuk menghasilkan tim nasional yang baik bukan hanya lewat kompetisi aja, tapi ada faktor yang lebih penting yaitu coach education, karena saya percaya kualitas pemain akan datang dari pelatih yang berkualitas dan terbentuk penampilan yang kualitas,” akuinya.

Dijelaskan Gafar, pelatih yang menangani pemain di level grassroot di Jepang dan Korea Selatan itu level sertifikatnya sudah A AFC, sementara di Indonesia sendiri masih ada pelatih yang bersertifikat A AFC itu tangani tim profesional Liga 2, bahkan ada beberapa di Liga 1, dan di level grassroots di Indonesia masih bersertificat D PSSI.

“Perbandingannya dari situ aja dulu tidak usah ke hal-hal yang lain, artinya dari ilmu kepelatihan aja sudah beda sehingga berpengaruh ke hasil pembinaan yang nantinya mereka terlibat di kompetisi profesional dan tim nasional,” jelasnya lagi.

“Harapannya siapapun orangnya yang terpilih melalui reformasi harus orang yang loyal dan mau berbuat untuk sepak bola Indonesia, siapapun orangnya,” tutup Gafar. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *