Profesionalisme PSSI Jadi Kunci Pendorong Prestasi Sepak Bola Indonesia

JAKARTA – Perbaikan sepak bola Indonesia merupakan suatu keharusan. Hal ini didorong oleh tampilnya negara-negara Asia yang berhasil menunjukkan tajinya di ajang Piala Dunia Qatar 2022. Bahkan, mampu mengalahkan beberapa tim besar seperti Arab Saudi mengalahkan Argentina, Jepang mengalahkan Jerman dan Iran mengalahkan Wales.

Pemerhati sepak bola sekaligus mantan pemain Semen Padang FC, Gafar Lestaluhu mengatakan profesionalisme dalam pengelolaan organisasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menjadi kunci pada kemajuan sepak bola Indonesia, baik tim nasional (Timnas) maupun klub-klub di liga Indonesia.

“Kalau profesional sudah tentu berdampak baik buat prestasi sepak bola Indonesia,” kata Lestaluhu saat dihubungi, Kamis (1/12).

Lestaluhu setuju jika dilakukan revolusi besar-besar di kompetisi lokal. Untuk melakukan ini, tentunya dimulai dengan membenahi total di induk organisasinya, yakni PSSI.

Lanjut Lestaluhu, PSSI harus menunjukkan profesionalisme mereka terhadap sepak bola Indonesia yakni dengan melanjutkan kompetisi Liga Indonesia, baik liga satu, liga dua dan liga tiga sampai selesai baru bisa dibilang profesional.

“Kalau dibilang profesional itu reformasi yang paling tepat saat ini adalah para pemangku kepentingan yang ada di PSSI atau di pemerintahan itu kembali menjalankan kompetisi sampai selesai, baru kita akui profesional,” ujarnya.

Baca Juga  Ahmad Doli Kurnia Lantik Pengurus KAHMI Babel

Pasalnya, berhentinya liga Indonesia sangat berdampak besar pada sepak bola Indonesia, dimana semua aktivitas sepak bola berhenti dan ini dipastikan akan menurunkan kualitas para pemain, baik pemain Timnas maupun pemain liga.

“Karena sampai saat ini dampaknya sangat luar biasa dan berpengaruh sekali dalam pembinaan baik di tingkat profesional hingga di bawahnya atau amatir bahkan di usia gresrut,” ucapnya.

“Sebagai praktisi sepak bola kami berharap kompetisi sepak bola Indonesia harus tetap berjalan sehingga hasilnya juga untuk kepentingan timnas. Lihat saja pelatih Timnas (Shin Tae-Yong) juga berharap kompetisi berjalan,” sambungnya.

Dikatakan lelaki yang saat ini melatih di Liga tiga itu, reformasi PSSI akan dimulai saat Kongres Luar Biasa (KLB) nanti. Artinya, kesempatan untuk membenahi PSSI sangat besar.

Selain itu, profesionalisme pengelolaan sepak bola Indonesia hanya bisa diwujudkan dengan menempatkan orang-orang tepat, yang kompeten mengurusi PSSI, dengan kata lain, kepentingan utama mengurus PSSI adalah untuk memajukan sepak bola Indonesia.

“Kita berharap demikian dengan reformasi PSSI mampu membawa perubahan, karena reformasi ke reformasi belum ada perkembangan yang signifikan,” ucapnya.

Diakui Lestaluhu, jelang KLB beberapa nama kandidat Ketum PSSI mulai bermunculan ke publik. Kemunculan para kandidat Ketum PSSI ini menandakan banyak putra bangsa yang ingin memajukan sepak bola Indonesia ke depan, tetapi pemilik hak suara (klub) harus teliti memilih Ketum PSSI baru agar keinginan mereformasi PSSI terealisasi.

Baca Juga  Tinggal Beberapa Hari Lagi, Ini Jadwal Lengkap Piala Dunia 2022 Qatar

“Sosok yang tepat pimpin PSSI itu adalah orang yang loyal dan mau berkorban untuk kepentingan Timnas dan sepak bola Indonesia. Siapapun orangnya yang mau berkorban untuk sepak bola Indonesia, bahkan Timnas itu yang paling tepat memimpin PSSI,” jelasnya.

“Siapapun orangnya, sekalipun Erick Thohir. Kalau dia mau loyal dan berkorban untuk sepak bola Indonesia, maka dia bisa menunjukkan kekuatan dia untuk melobi ke Pemerintah agar melanjutkan kompetisi yang tertunda,” tambahnya.

Terkait dengan munculnya nama Menteri BUMN Erick Thohir sebagai kandidat Ketum PSSI, Lestaluhu mengaku respek dengan pengalaman yang dimiliki Erick Thohir dalam dunia sepak bola.

“Saya respek terhadap Erick Thohir karena beliau punya segudang pengalaman, punya track record dalam hal pengembangan sepak bola, termasuk di dalamnya beliau pernah menjadi Presiden Inter Milan. Saham beliau mayoritas di Inter Milan,” ungkapnya.

Buat Lestaluhu, langkah perbaikan PSSI sangat baik dan harus didukung tetapi perbaikan harus realistis. Artinya, perbaikan dilakukan pada program-program yang tidak berjalan, bukan merubah keseluruh program.

Baca Juga  Ekonom Sebut Pilpres 2024 Sekali Putaran Lebih Baik: Beri Kepastian Bagi Pelaku Usaha

Ke depan, Lestaluhu berharap PSSI mampu memperkuat kompetensi klub-klub lokal. Hal ini belajar pada apa yang dilakukan oleh federasi sepak bola Arab Saudi. Saat ini, klub-klub liga Arab Saudi menjadi salah satu raksasa di dalam kompetisi Asia. Bahkan Al Hilal menjadi klub paling sukses di Asia saat ini.

“Kalau pun untuk perbaikan kita sangat mendukung, namun harus realistis kecuali program dari manajemen PSSI ke bawah tidak berjalan, tapi sampai sekarang masih berjalan,” ungkapnya.

Lestaluhu juga menyayangkan sikap Pemerintah dan PSSI membekukan sepak bola Indonesia akibat tragedi Kanjuruhan Malang. Padahal, lanjut Lestaluhu, tragedi tersebut bisa diproses secara hukum tanpa menghentikan sepak bola, karena banyak pihak yang hidupnya tergantung pada kompetisi sepak bola, baik pemain, klub hingga usaha masyarakat kecil.

“Kenapa tragedi Kanjuruhan yang di salahkan adalah sepak bola? Buat saya silahkan kasus tersebut diproses, termasuk di dalamnya KLB untuk memilih ketua umum yang baru, tetapi sepak bola harus berjalan karena ada ribuan orang yang mengais rezeki lewat sepak bola,” pungkasnya. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *