JUMPIN Spiderman (Araneae Salticidae) dari Papua Barat, atau dikenal dengan sebutan Laba-laba Pelompat.
Laba-laba “berbisa”? Iya mereka beneran punya “bisa” seperti ular. Meskipun laba-laba pelompat memiliki bisa untuk membius mangsanya, bisa tersebut tak cukup kuat untuk membahayakan manusia.
Satwa satu ini bermanfaat sebagai predator dan pengendali hama. Interaksi antara predator dan prey merupakan suatu hal yang sangat umum di alam liar. Nah, hal ini bermanfaat untuk keseimbangan ekosistem. Tidak terbayangkan kalau di rumah banyak semut, rayap, nyamuk, dan serangga kecil lainnya.
Laba-laba pelompat ini beneran bisa melompat. Mereka tidak punya kaki spesial yang didesain untuk melompat seperti belalang atau katak. Mereka merubah tekanan aliran darah ke kaki secara mendadak, sehingga kaki tersebut memanjang dan mereka melompat. Jauh lompatannya bisa sampai 50x ukuran tubuhnya.
Mereka berburu tidak dengan menjebak mangsanya di jaring-jaring seperti laba-laba pada umumnya, tetapi dengan melompat langsung dan membius mangsanya.
Jaring-jaring tersebut seringkali digunakan sebelum melompat, ya mungkin antisipasi agar tidak jatuh ke tanah. Seperti bergelayutan di film Spiderman.
Mereka memiliki penglihatan dan pendengaran dengan sangat baik. Meskipun mereka tidak memiliki telinga atau gendang telinga, laba-laba pelompat memiliki pendengaran yang sangat bagus.
Rambut sensorik di sepanjang tubuh mereka menerima getaran gelombang suara, suatu tindakan yang mengirimkan sinyal ke otak laba-laba. Bahkan getaran yang berasal sejauh 10 kaki dapat juga dirasakan.
Lalu, memiliki penglihatan terbaik di dunia laba-laba. Laba-laba pelompat memiliki empat pasang mata. Ada dua mata besar tepat di depan, dengan mata yang lebih kecil di kedua sisi. Kemudian di atas kepala mereka, laba-laba pelompat memiliki dua mata berukuran sedang dan dua mata yang lebih kecil. (lhk/fh)
