Kenangan Naik Indonesia One

Catatan Asro Kamal Rokan

(Wartawan Senior)

PESAWAT INI bernama Indonesia One, kode registrasi RI-001. Inilah pesawat pertama Kepresidenan Indonesia. Pesawat Boeing Business Jet 2 (BBJ2) ini, terbang perdana pada 5 Mei 2014, membawa Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono ke acara Open Government Partnership (OGP) Asia-Pasifik di Denpasar, Bali.

Alhamdulillah, saya berkesempatan dua kali naik pesawat ini, ikut dalam rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono menghadiri Puncak HUT ke-69 TNI di Surabaya.

Kami berangkat pada 5 Oktober 2014 pagi dari Lanud Halim Perdanakesuma. Di dalam pesawat, selain Pak SBY, Ibu Ani Yudhoyono, ada staf khusus, juru bicara, ajudan, sespri Presiden, komandan paspampres. Saya satu-satuny wartawan dalam rombongan ini.

Pesawat Boeing seri 737-800 memiliki rentang sayap 35,79 meter, tinggi 12,50 meter, dan panjang 38 meter. Menggunakan dua engine CFM 56-7. Pesawat ini memuat 67 penumpang, yang antara lain untuk dua orang VVIP class (state room, ruang istrahat), empat VVIP ruang rapat, 12 executive area, dan 44 staff area.

Di executive area Indonesia One, tempat duduk kami. Kursi tersedia untuk 12 penumpang. Label nama sudah ditempel protokol Istana di setiap bagian atas kursi. Jejeran kursi warna biege itu terbagi dalam dua baris, yang masing-masing baris terdapat dua kursi. Cabin crew pesawat ini –pria dan wanita –prajurit TNI Udara, yang cekatan dan ramah.

Baca Juga  Jangan Bikin Rakyat Panik

Indonesia One ini mampu terbang dengan ketinggian maksimal 41.000 feet, dapat terbang selama 10 jam, memiliki kecepatan jelajah maksimum 0,785 mach, dan kecepatan maksimum 0,85 mach. Tangki bahan bakar ditambah untuk daya jangkau sampai 10.000 km. Ini agar pesawat dapat menjangkau seluruh pelosok Tanah Air.

Pesawat dilengkapi sistem proteksi antirudal dengan teknologi Civilian Aircraft Missile Protection System (CAMS). Sistem ini memiliki empat titik sensor, yang melindungi pesawat dari segala sudut. Sensor tersebut secara otomatis mendeteksi peluru kendali dan dengan cepat menghancurkannya sebelum mendekati pesawat.

Sejak berangkat hingga pesawat berwarna biru mendarat di Pangkalan Udara Iswahjudi, Magetan, empat pesawat tempur Shukoi melakukan pengawalan. Ini merupakan prosedur standar protokoler TNI Angkatan Udara. Dalam beberapa kunjungan ke luar negeri, yang saya ikuti, pesawat tempur negara yang dikunjungi juga melakukan pengawalan di wilayah udara mereka.

Usai HUT TNI, rombongan dengan pesawat yang sama kembali ke Jakarta, Selasa (07/10/14). Sehari kemudian, saya kembali diajak ikut Indonesia One ke Bali. Di Bali, rombongan Presiden SBY menginap semalam di Istana Tampak Siring, Bali.

Baca Juga  Kejati Babel Tanpa Kado Spesial

Kamis pagi, Presiden dan Ibu Ani pamitan dengan seluruh staf Rumah Tangga Kepresidenan Tampak Siring. Tangis pecah. Ini adalah perpisahan menjelang akhir masa jabatan Pak SBY sebagai Presiden ke-6 RI.

Selesai acara pamitan, rombongan melanjutkan perjalanan ke Nusa Dua. Bermalam di sini. Besok, Presiden membuka Bali Democracy Forum (BDF) VII di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua.

Jumat sore, usai membuka Bali Democracy Forum, Presiden dan rombongan kembali ke Jakarta. Di berbagai ruas jalan menuju Bandar Udara Ngurah Rai, warga menunggu rombongan lewat. Mereka melambaikan tangan perpisahan.

Menjelang menuju ke pesawat dari ruang VVIP, serombongan anggota TNI/Polri menyuguhkan beberapa lagu. Tidak jauh dari situ, puluhan orang mengelilingi Presiden. Mereka di antaranya masyarakat, pegawai bandara, anggota TNI/Polri, pramuka, dan pelajar sekolah.

Pesawat Indonesia One pelan-pelan meninggalkan Bandara Ngurah Rai. Sebuah spanduk “Selamat Jalan Bapak Presiden dan Ibu Hj Ani, Kami Selalu Merindukanmu” melambai-lambai dan semakin menghilang dari padangan. Suasana di pesawat campur-aduk. Kami menuju Jakarta. Inilah terakhir saya ikut pesawat Indonesia One.

Baca Juga  Kesetrum Blak-blakan Suganda

Gagasan pesawat kepresidenan ini bermula dari pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Ini kemudian disetujui DPR-RI pada 3 November 2009. Presiden Yudhoyono melanjutkannya. Setelah anggaran disetujui DPR-RI, pemesanan dilakukan pada Desember 2010. Empat tahun kemudian, pesawat tiba di Jakarta.

Sebelum ada Indonesia One, seluruh Presiden RI menggunakan pesawat sewaan bila bepergian di dalam maupun ke luar negeri. Presiden Soekarno menggunakan pesawat Ilyushin Il-18 pemberian pemerintah Uni Soviet. Jika ke luar negeri, Soekarno menggunakan Convair 990. Pernah juga mencarter DC-8 dari Pan Am.

Masa Presiden Soeharto, pesawat yang digunakan DC-10 dan MD-11 milik Garuda untuk kunjungan ke luar negeri. Di dalam negeri, Pak Harto menyewa Pelita Air Service Avro RJ85 atau Fokker F28, juga Boeing 737 Classic dan Airbus A300 Garuda.

Presiden berikutnya, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Yudhoyono — sebelum pesawat resmi tiba — menggunakan pesawat Boeing 737-800 untuk penerbangan jarak pendek, dan Airbus A330-300 untuk perjalanan kenegaraan ke luar negeri. Pesawat tersebut disewa dari Garuda.

Kenangan dengan Indonesia One, yang kini berubah warna. Begitulah. (*)

Tinggalkan Balasan