“Markas Avengers” di Timur Indonesia

Catatan Fakhruddin Halim

Monumen Kapsul Waktu Merauke adalah sebuah monumen yang terletak di Merauke, Papua. Sebuah monumen yang dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektare (ha) dan menjadi ikon baru di timur Indonesia.

Namanya yakni Monumen Kapsul Waktu yang berisikan impian anak-anak Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dan nantinya akan dibuka kembali 70 tahun berikutnya atau tahun 2085. Kapsul waktu tersebut dibawa secara estafet mulai dari Aceh ke seluruh provinsi dan berakhir di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.

Ide pembangunan Markas Avengers untuk menyimpan Kapsul Waktu berasal dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada HUT ke-70 Kemerdekaan Indonesia tahun 2015.

Lokasi monumen berada di depan Kantor Bupati Merauke dan dekat Bandara Mopah sehingga akan menjadi landmark baru Kabupaten Merauke yang dapat dilihat saat pesawat mendarat. Luas monumen yang mirip logo Avengers ini mencapai 2,5 ha, terdiri dari 1 ha area monumen dan 1,5 ha digunakan sebagai alun-alun.

Arsitektur monumen yang didesain oleh arsitek prinsipal Yori Antar Awal ini mengadopsi unsur budaya Papua. Kapsul Waktu ditempatkan di atas bangunan tugu yang terinspirasi dari menara perang Suku Dani, dengan lima akses masuk bangunan yang merepresentasikan lima suku asli Merauke (Malind, Muyu, Mandobo, Mappi dan Auyu) sebagai penjaga tugu kapsul waktu. Monumen memiliki lebar 17 meter, tinggi 8 meter dan panjang 45 m. Angka 17, 8, dan 45 dipilih menjadi angka-angka kunci ukuran monumen.

Baca Juga  Berbagi ala Isoter: Hello..Stay Safe, Stay Happy...

Di monumen inilah disimpan seluruh impian anak-anak muda Indonesia, dikumpulkan lewat Ekspedisi Kapsul Waktu yang mengelilingi Indonesia pada 2015.

Tiga tahun lalu, ada tujuh mimpi anak-anak bangsa yang dimasukkan ke dalam kapsul waktu dan dibawa mengelilingi 34 provinsi sejauh 24.089 kilometer. Kapsul waktu ini berisi mimpi dan harapan anak-anak Indonesia akan Indonesia 70 tahun mendatang.

Logo Avengers yang ada di Menara Stark atau markas Avengers dalam film produksi Marvel tersebut memang tampak mirip dengan monumen kapsul waktu tersebut. Desainnya menyerupai huruf A dengan kaki panjang yang dikelilingi lingkaran.

Dari segi desain pembangunan, gagasan desain Monumen Kapsul Waktu terinspirasi dari berbagai elemen pertahanan suku-suku di Papua yang juga akan menjaga cita-cita bangsa Indonesia. Secara garis besar, terdapat dua elemen utama yang penting bagi pertahanan suku di Papua, yaitu tombak dan tameng (perisai).

Di puncak Monumen Kapsul Waktu, terdapat sebuah spot bertajuk Watching Tower yang menjadi tempat persemayaman kapsul waktu. Kapsul waktu akan ditempatkan di sebuah mangkuk besi berbentuk bulat yang dikelilingi mahkota menara kayu.

Selain mengadopsi bentuk tombak dan tameng yang digunakan masyarakat Suku Papua dalam melindungi diri, Monumen Kapsul Waktu juga mengadopsi unsur budaya dari segi lokasi. Sebab, Monumen Kapsul Waktu sengaja dibangun di atas bangunan tugu yang terinspirasi dari menara perang Suku Dani.

Baca Juga  Mari Sambut Idul Adha dengan Membeli Hewan Kurban dari Peternak Lokal

Di setiap provinsi di seluruh Indonesia, anak muda-anak muda tersebut menulis keinginannya dalam 70 tahun ke depan, yang kemudian disimpan di monumen ini, setelah itu dilas, dan akan dibuka tahun 2085 mendatang.

Monumen ini memiliki 5 akses masuk. Kelima akses masuk bangunan tugu kapsul itu yang merepresentasikan lima suku asli Merauke yakni Malind, Muyu, Mandobo, Mappi dan Auyu yang menjaga tugu kapsul waktu itu.

Pada coretan impian yang ditulis dengan kertas khusus, ada harapan supaya Indonesia dengan aparatur pemerintah bebas dari perilaku korupsi dan harapan membangun infrastruktur merata di seluruh Indonesia.

Kapsul waktu merupakan simbol semangat dan optimisme untuk mengisi pembangunan di Indonesia khususnya di Papua. Selain tempat sejarah, monumen ini merupakan potensi wisata edukasi.

Mimpi Anak Bangsa

Tujuh mimpi anak-anak bangsa dari 34 Provinsi yang ditulis dan disimpan dalam Kapsul waktu itu adalah:

1. SDM Indonesia kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia.
2. Masyarakat Indonesia menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius, dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika.
3. Indonesia sebagai pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia.
4. Masyarakat dan aparatur pemerintah kita bebas dari perilaku korupsi.
5. Membangun infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia.
6. Indonesia sebagai negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik.
7. Indonesia sebagai barometer pertumbuhan ekonomi dunia.

Baca Juga  Menteri BUMN: Soal Disrupsi, Indonesia Harus Punya Ekosistem dan Roapmap Sendiri

Dua kilometer dari monumen itu terdapat komplek perumahan Muli Bougenville. Setiap harinya monumen dibuka untuk umum mulai pukul 09.00-17.00 WIT. Setiap pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp20 ribu.

Selain monumen, sekitar komplek Bougenville, masih terdapat sejumlah objek wisata lainnya di Merauke. Seperti Taman Nasional Wasur yang menjadi rumah bagi flora dan fauna. Jika beruntung pengunjung dapat menjumpai rusa dan kanguru.

Selain itu pengunjung berswafoto dengan objek rumah rayap raksasa yang tingginya mencapai dua meter. Tiket masuk pun terbilang murah cukup merogoh kocek Rp5.000 sekali masuk.

Sekitar 80 meter dari Perumahan Muli Bouginville, terdapat Pos Batas Negara (PLBN) Sota dan batas terluar titik 0 (nol) kilometer Indonesia. Objek wisata ini berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini. Meski dijaga ketat oleh aparat TNI, pos ini bebas dikunjungi dan tidak dikenakan biaya.

Maka tak heran banyak wisatawan memanfaatkannya untuk berswafoto. Selain itu, pengunjung juga dapat berbelanja aneka kerajinan lokal di pasar tradisinol di perbatasan tersebut. Anda tertarik ke Merauke? tunggu apalagi. (berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar