Tambang Inkonvensional Beroperasi di Dekat Jembatan Kolong Kepoh

BANGKA – Sejak membaiknya harga timah di pasaran Internasional ikut mempengaruhi sektor pertambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung.

Bahkan masyakarat terkesan tidak lagi memikirkan keselamatan lingkungan untuk meraup rupiah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Entah kerjasama apa yang dilakukan oleh pihak terkait dengan pelaku penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sehingga lahan tambang kecil berdekatan dengan fasilitas umum juga diembat.

Dari banyak penambangan timah inkonvensi salah – satunya berada dikawasan Kelurahan Surya Timur Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Induk.

Lahan pertambangan ini berada berdekatan dengan rumah pemilik tambang dan jembatan Kolong Kepoh yang notabene merupakan jalur umum dan aliran sungai.

Baca Juga  Korupsi Timah! Kejaksaan Agung Periksa Pejabat Kementerian ESDM

Kendati demikian pemilik tambang terkesan tidak menghiraukan akan dampak kerusakan lingkungan dan memberikan kesempatan bagi warga sekitar untuk menambang timah mengunakan mesin sebu dengan upah sebesar Rp35.000 per Kg. Untuk harga perkilo timah dilokasi Rp210.000.

Salah seorang pekerja tambang, Bujang mengatakan lahan tambang dibuka sejak empat bulan lalu. Atau sejak harga timah mahal. Dia menjelaskan bila sebelumnya lahan ini juga pernah ditambang namun sejak harga timah murah sempat distop.

Terkait dengan SIUP, SITU dan izin AMDAL, Dia tidak mengetahui karena itu urusan pemilik tambang.

Baca Juga  TNI AL Lanal Babel Vaksin 430 Anak Sekolah Dasar Dosis Pertama Sinovac

“Inikan ada tiga unit yang beroperasi, yang satu disitu untuk ngedam agar air tidak lari kesungsi. Jangan sampai terjadi dampak protes ke masyarakat walaupun air ini tidak digunakan. Air (sungai) sampai kesana tidak ada yang mengunakan, cuma perlu diantisipasi dulu,”kata Bujang, Rabu (11/8/2021).

“Komplain dari masyarakat adalah pak, mungkin karena ada kecemburuan sosial, susah diomong jaman sekarang ini pak,”terangnya.

Ujang menambahkan bila aktifitas penambangan tersebut baru berjalan sekitar tiga bulan belakangan ini. Kalau urusan izin mungkin bos yang tau. Dia sesekali datang kelokasi untuk melihat air agar tidak mengalir kesungai.

Baca Juga  Camat dan Kapolsek Minta Warga Mapur Jangan Anarkis

“Yang kerja orang dari Kampung semua ada Jelutung, Kampung Baru, semuanya warga sini. Biasanya perhari ada yang dapat 12 Kg, 7 Kg dan ada juga yang dapat 18 Kg. Insya Allah kami bekerja setiap hari jika tidak ada hambatan,”terangnya.

Pantauan dilokasi tampak aliran sungai bewarna keruh bercampur lumpur akibat penambangan itu. Namun Bujang menjelaskan bila pembuangan air hasil penambangan bukan dibuang kealiran sungai tetapi dibuang ketempat lain.

Sementara pemilik tambang masih belum dapat dikonfirmasi karena tidak berada ditempat. (gl)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *